Hijrah : Perjalanan yang Harus Diawetkan #1


Tulisan ini sebagai wujud terimakasih saya atas setiap kata yang terucap untuk menguatkan iman, atas pekikan semangat yang selalu diucapkan diujung lelah, atas pundak yang disediakan sekedar untuk bersandar sambil meneteskan air mata, atas telinga yang selalu siap sedia mendengarkan setiap bait cerita, atas tangan dan mata yang selalu siap membaca lalu membalas chat yang berisi sambat semata, atas kuota dan pulsa yang yang direlakan untuk mendengar keluh kesah, atas setiap rangkulan di jalan dakwah yang semakin terjal, dan atas semua ilmu yang dengan ikhlas tercurah. Izinkan saya mengucapkan beribu terimakasih kepada kalian. Sebelumnya membaca ini, silahkan meluangkan waktu sejenak karena tulisan ini insyaa Allah berseri.

Hijrah merupakan kado terbesar Allah saat masa putih abu-abu. Ilmu agama ataupun ilmu kehidupan dari teman-teman merupakan big sponsor hijrah saya. Terutama pinjaman novel “Udah Putusin Aja” karya Ustadz Felix Siaw pinjaman kakak pondok Aimmatul Yumna Nihayatul Wafa yang menjadi pembuka jalan hijrah saya saat itu. Sebelum itu saya terkagum dengan yang mencarikan pinjaman novel tersebut, Aimmatul Yumna Nihayatul Wafa atau kerap kami panggil Wafa, sahabat pertama yang  saya kenal di bangku SMA. First impression saat bertemunya, “Hmm manis sekali. Alim lagi, kerudungnya sudah mulai panjang hingga menutup dada. Saat diajak ngobrol juga kalem. Wah ingin sekali berteman dengannya. Biar ketularan gitu.” Hahaa.. Itu benar-benar murni pemikiran pertama saya saat berkenalan dengannya di kelompok MOPD. Eh ternyata sama-sama tertarik daftar Rohis. Cocok daah. Masih basah di ingatan, pada saat membayar zakat (karena itu saat bulan Ramadhan) kita sudah mengecim nama mendaftar Rohis pada Mas Dimas yang saat itu menjabat Wakil Rois.

Kembali ke novel pinjaman kakak pondok Wafa, novel “Udah Putusin Aja!” menjadi gerbang pertama yang  saya lewati saat mengenal Islam. Karena memang dasarnya saya malas membaca buku yang full tulisan, jadi saya sangat excited membaca novel bergambar warna-warni. Tidak mutu memang. Namun di setiap lembarnya saya pasti mendapat pelajaran yang baru, saya baru tahu kalau pacaran itu tidak boleh, pacaran itu mendekati zina, apalagi zina, mendekati saja tak boleh, jelaskan kalau ada yang PDKT berarti tidak boleh gais, apalagi friedzone, hayoo siapa ehe, kemudian berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahram tidak boleh, mengapa salaman kepada non mahram tidak boleh, dan banyak larangan dan tuntunan yang saya baru tahu setelah selesai membaca novel tersebut. Astaughfirullah.. Ternyata 14 tahun hidup saya tidak terlalu dekat dengan agama rasanya seperti hidup di dalam goa, tidak tahu dunia luar. Sejak SD alhamdulillah saya memang memiliki prinsip tidak ingin pacaran atau terlalu dekat dengan lawan jenis karena takut mengganggu nilai akademik saya, bukan karena larangan agama. Dengan itu satu langkah saya semakin mantap menjadi pengurus Rohis.


Bersambung..
Hijrah : Perjalanan yang Harus Diawetkan #1 Hijrah : Perjalanan yang Harus Diawetkan #1 Reviewed by Han on November 20, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.