Tempo hari aku membaca bahwa ternyata ada kalimat yang tanpa sadar sudah berkonsekuensi lamaran. Sontak aku yang kaget membaca postingan tersebut tak segan aku tanyakan ke beberapa teman yang kuanggap ‘paham’. Tapi ternyata mereka juga sama, belum pernah mendengar dan mempelajari ini sebelumnya. Sebut saja aku menanyakan dengan Alif. Sayang, Alif belum pernah mempelajarinya.
Selang beberapa menit aku mengucapkan terima kasih pada Alif sebagai penanda mengakhiri pembicaraan, ia malah mengirimkan pesan suara. Tak lain pandangannya terkait pertanyaanku tadi. Intinya ya salah satu pintu sampai merasa dekat, atau malah melontarkan kalimat yang berkonsekuensi lamaran ya karena kita memiliki kedekatan dengan lawan jenis, sehingga batas yang tercipta semakin tipis,
“Kalau bisa jangan sampai curhat-curhatan, aku berusaha tutupin celah-celah itu,” hiks aku tersentil. Bahkan sampai kuulang mendengarkan pesan suaranya kok masih sama perihnya.
Entahlah, memang hatiku pura-pura tidak dengar atau memang sudah mulai tuli. Sudah Allah ketuk berkali-kali untuk mengantarkan sekarung hidayah, tapi kalau belum didobrak belum kubuka juga hati ini. Walau hidayah sudah disajikan di atas piring pun misal belum disuap dan dicekok mungkin tidak akan ku nikmati.
Bebal kadang, bahkan dengan hal-hal yang sering disemogakan. Heran
-
23 Juli 2020
Ditulis dengan penuh keheranan dan denial
Tidak ada komentar: